Kamis, 13 Mei 2010

Kurikulum yang Tidak Membumi

Tidak salah lagi, kurikulum adalah salah satu penyebab suatu pelajaran menjadi sangat sulit dan berat untuk dipelajari dan karenanya kurang disukai siswa. Di sini penulis mengambil contoh pelajaran fisika dan kurikulumnya sebagai studi kasus.
Kurikulum fisika yang ada tidak seharusnya diberikan pada tingkatan sekolah menengah. Karena menurut kurikulum ini materi pelajaran yang harus diberikan sangat banyak dan terlalu sulit jika dilihat bahwa jam pelajaran yang tersedia sangat terbatas dan siswa pun tidak hanya belajar fisika. Siswa juga harus belajar matematika, biologi, kimia, agama, ekonomi, sejarah dan lain-lain. Jadi, sangat tidak bijak apabila siswa dipaksakan (dijejali) untuk memahami semua materi yang ada di kurikulum.
Materi yang harus dipelajari oleh siswa tentang fisika begitu banyak dan mendetail yang masih perlu dipertanyakan haruskah materi ini diajarkan pada tingkat sekolah menengah. Perubahan kurikulum pada dasarnya tidak banyak mengubah materi pelajaran fisika ini karena hanya mengubah susunan atau struktur materi pelajaran. Perubahan kurikulum tidak pernah sama sekali menyentuh hal apakah materi ini layak dan harus diajarkan pada tingkat sekolah menengah. Pelajaran fisika yang selama ini kita pelajari di tingkat sekolah menengah seharusnya dipelajari di tingkat yang lebih tinggi (apa karena ini siswa kita banyak yang menggondol medali emas olimpiade fisika?).
Kurikulum yang ada selama ini hanya mampu diikuti oleh segelintir siswa saja yang mampu sedangkan sebagian besar siswa tidak dapat mengikuti apa yang ada di kurikulum. Seharusnya kurikulum dibuat untuk dapat diikuti oleh semua siswa, tidak hanya oleh segelintir siswa yang pintar saja. Berdasarkan pengalaman penulis untuk menjelaskan satu bagian (misalnya, hukum termodinamika I) saja dibutuhkan waktu yang cukup lama. Dan belum tentu bisa dipahami oleh semua siswa karena kemampuan masing-masing siswa berbeda-beda. Akibatnya, tidak cukup waktu yang tersedia untuk menyelesaikan seluruh materi yang ada dalam kurikulum.
Akan tetapi, karena kurikulum telah dijadikan pedoman dan bahkan seolah-olah bagaikan kitab suci yang wajib digunakan, kekurangan-kekurangan yang ada dalam kurikulum tidak bisa diganggu gugat. Ini menjadi beban tersendiri buat guru dan siswa.
Menurut pandangan penulis, pelajaran fisika seharusnya diarahkan untuk dapat membantu memecahkan masalah yang sering timbul dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran fisika bukan sekedar membahas seluruh aspek dari hukum-hukum fisika secara detil sekaligus menyelesaikan semua perhitungan yang berkaitan dengan hukum tersebut tanpa siswa mengetahui apa manfaat yang nyata dari hukum-hukum tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dikatakan kurikulum yang ada kurang membumi yang membuat siswa kurang berminat mempelajarinya.
Kurikulum yang terlalu padat dan kurang membumi diperparah oleh ketersedian buku sebagai pegangan guru dan siswa dalam pengajaran fisika di sekolah. Ya, harus diakui bahwa buku pelajaran adalah salah satu elemen penting dalam proses pendidikan di sekolah tak terkecuali dalam pelajaran fisika. Di atas telah disebutkan bahwa buku fisika sebagai pengantar memahami pelajaran fisika yang ada tidak representatif. Ini bukan berarti penulisnya yang salah ataupun penerbit yang tidak bertanggung jawab. Penulis maupun penerbit merasa mereka telah membuat buku sesuai dengan kurikulum yang terbaru (kurikulumnya aja ngga jelas!). Dan mereka beralasan buku yang tidak sesuai kurikulum (walaupun lebih membumi dan lebih bisa dibaca (ada ngga ya!)) tidak akan laku dijual. Buku yang sedianya menjadi salah satu elemen penting dalam pendidikan telah terperangkap dalam bisnis semata dan seolah-olah mengabaikan aspek pendidikan. Praktik bisnis ini membuat tidak ada penerbit yang berani membuat buku yang lepas dari pakem dan belenggu kurikulum sehingga buku tersebut bisa lebih membumi dan mudah dipahami.
Salah satu ganjalan lain berkaitan dengan kurikulum yang membuat pelajaran fisika menjadi terlihat sulit adalah adanya ujian nasional (UN) sebagai standar kelulusan. Pelajaran fisika (atau sains pada umumnya) yang sedianya dapat dieksplorasi menjadi lebih menarik terbentur oleh batasan-batasan standar ujian nasional. Dengan adanya batasan-batasan ini guru menjadi terbelenggu dan membatasi pengajarannya hanya pada materi yang diprediksi akan keluar dalam UN. Pengajaran fisika yang dapat diarahkan agar lebih menarik digantikan oleh pembahasan soal-soal untuk menghadapi UN. Keindahan ilmu dan penerapan fisika serta merta akan tertutup oleh kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal UN dengan benar. Tentu saja siswa akan merasa bosan dengan metode pengajaran seperti ini tapi apa boleh buat daripada tidak lulus UN bisa berabe. (Mau ditaruh di mana muka gue kalo ngga lulus UN!)

PERCOBAAN V “LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH”

I. TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari beberapa sifat logam alkali dan alkali tanah.

II. DASAR TEORI
Golongan IA disebut juga logam alkali. Logam alkali melimpah dalam mineral dan terdapat di air laut. Khususnya Na (natrium), di kerak bumi termasuk logam terbanyak keempat setelah Al, Fe, dan Ca. Walaupun keberadaan ion natrium dan kalium telah dikenali sejak lama, sejumlah usaha untuk mengisolasi logam ini dari larutan air garamnya gagal sebab kereaktifannya yang tinggi pada air. Akhirnya Na (natrium) dan juga Kalium (1807) bisa diisolasi dengan mengelektrolisis garam leleh KOH atau NaOH oleh H. Davy di abad ke-19. Kemudian Li (litium) ditemukan sebagai unsur baru di tahun 1817, dan Davy segera setelah itu mengisolasinya dari Li2O dengan metode elektrolisis. Setelah itu pada tahun 1861, Rb (rubidium) dan Cs (cesium), ditemukan sebagai unsur baru dengan teknik spektroskopi. Fr (fransium) ditemukan dengan menggunakan teknik radiokimia tahun 1939, kelimpahan alaminya sangat rendah karena memiliki waktu paro 21 menit. Logam-logam ini juga bersifat sebagai reduktor dan mempunyai warna nyala yang indah sehingga dipakai sebagai kembang api.
Pada pembuatann logam alkali dari senyawanya, merupakan reaksi reduksi. Logam alkali dapat dibuat dengan mengelektrolisis lelehan garam-garamnya, biasanya digunakan garam halida. Logam Li dibuat dengan mengelektrolisis campuran LiCl-KCl cair (KCl berfungsi menurunkan titik leleh). Logam Na diperoleh dengan mengelektrolisis campuran NaCl-NaF cair. Logam K diperoleh dengan cara mengelektrolisis campuran KCl-CaCl2 cair.
Semua logam alkali lunak, putih mengkilap seperti perak dengan titik leleh terendah. Sifat ini karena atom-atom alkali hanya memiliki satu elektron terluar yang terlibat dalam ikatan logam, sehingga energi kohesi antar atom dalam kristal sangatlah kecil. Logam logam alkali akan memperlihatkan warna spektrum emisi yang khas jika dibakar pada nyala api bunsen. Adapun warna-warna yang dihasilkan adalah Li merah karmin, Na kuning, K ungu, Rb merah, Cs biru.
Pada sifat kimianya, logam-logam alkali bersifat reduktor kuat. Hal ini tercermin dari EO yang sangat negatif. Sifat inilah yang menyebabkan logam-logam alkali dapat lansung bereaksi dengan halogen-halogen. Semua senyawa alkali berikatan ionik dengan atom logam alkali memiliki bilangan oksidasi +1.
Adapun kegunaan logam alkali antara lain sinar emisi Na dipakai untuk penerang di jalan-jalan raya atau pada kendaraan. Serta sebagai reduktor dalam pembuatan logam titanium dari senyawanya dan juga pembuatan tetra etil timbal, yaitu zat anti ketukan yang ditambahkan pada bensin.
Unsur- unsur golongan II A (2) dalam sistem periodik dikenal sebagai logam-logam alkali tanah. Logam alkali tanah adalah kelompok unsur kimia Golongan 2 pada tabel periodik. Kelompok ini terdiri dari berilium (Be), magnesium (Mg), kalsium (Ca), stronsium (Sr), barium (Ba), dan radium (Ra). Radium kadang tidak dianggap sebagai alkali tanah karena sifat radioaktif yang dimilikinya.
Senyawa-senyawa alkali tanah yang paling banyak terdapat di alam adalah kalsium dan magnesium. Dan yang paling sedikit dijumpai adalah radium karena bersifat radioaktif. Pada pembuatannya, logam-logam alkali tanah juga diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan garam-garamnya. Logam-logam golongan II A memiliki jari-jari yang lebih kecil jika dibandingkan dengan golongan I A, sehingga logam-logam alkali memiliki kerapatan serta energi ionisasi yang lebih tinggi. Hal ini karena logam-logam alkali memiliki dua elektron sehingga ikakatan antar atom lebih kuat. Garam –garam alkali tanah jika dibakar pada nyala bunsen akan menimbulkan spektrum emisi antaralain. Ca merah bata, Sr merah tua, Ba hijau kuning. Mg dan Be tidak memberikan spektrum emisi yang khas. Logam alkali tanah juga bersifat reduktor dan jika bereaksi dengan air akan membentuk basa dan gas H2.

III. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. Alat
1. Gelas kimia
2. Rak dan tabung reaksi
3. Alat pembakar (lilin)
4. Pipet tetes
5. Cawan Petri
6. Penjepit tabung
7. Kawat nikron
8. Pinset
9. Tisu dan lap
10. Gunting
B. Bahan
1. Logam Na
2. Magnesium
3. Larutan fenolphatein
4. HCl pekat
5. Padatan NaCl
6. Padatan KCl
7. Padatan CaCl2
8. Padatan BaCl2

IV. PROSEDUR KERJA
1. Mengambil logam Na dengan spatula secukupnya, kemudian meletakkannya di atas sepotong kecil kertas saring. Meletakkan kertas saring tersebut di atas permukaan air di dalam cawan penguap. Kemudian memeriksa sifat larutan dengan meneteskan sedikit larutan fenolphtalein.
2. Membersihkan sepotong pita magnesium, kemudian memasukkannya ke dalam air dan mengamati apa yang terjadi.
3. Reaksi Nyala : membersihkan kawat nikrom dengan mencelupkannya ke dalam larutan klorida pekat (HCl pekat) kemudian memanaskan kawat itu dalam nyala api pembakar. Kemudian mencelupkan kawat tersebut ke dalam padatan yang akan diuji. Selanjutnya membakar kembali kawat nikrom ini, dan mengulanginya hingga tidak terlihat warna lain dalam nyala tersebut. Selanjutnya langkah tersebut diulangi untuk beberapa padatan yang diuji, secara berturut-turut Kcl, BaCl2 dan NaCl2.

V. HASIL PENGAMATAN


VI. REAKSI-REAKSI KIMIA
1. 2Na(g) + 2H2O(l) ---> 2NaOH(aq) + H2(g)
2. NaOH(aq) + PP ---> NaOH(aq) + PP
2. Mg(s) + 2H2O(l) ---> Mg(OH)2(aq) + H2(g)

VII. PEMBAHASAN
Golongan IA disebut juga logam alkali. Logam alkali melimpah dalam mineral dan terdapat di air laut. Khususnya Na (natrium), di kerak bumi termasuk logam terbanyak keempat setelah Al, Fe, dan Ca. Walaupun keberadaan ion natrium dan kalium telah dikenali sejak lama, sejumlah usaha untuk mengisolasi logam ini dari larutan air garamnya gagal sebab kereaktifannya yang tinggi pada air.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, untuk perlakuan pertama untuk mengetahui sifat-sifat logam alkali yaitu pada saat logam Na ditambahkan dengan air terjadi nyala api dan ledakan. Hal ini dikarenakan logam Na yang bila direaksikan dengan air akan menghasilkan larutan basa. Selain itu, sesuai dengan sifatnya bahwa Natrium (Na) sangat reaktif terhadap oksigen (O2) dan air (H¬2O). Kereaktifan logam Na disebabkan karena elektron kulit terluar inti terikat secara lemah, sehingga mudah terlepas. Selain itu logam Na merupakan reduktor dan dapat mereduksi air dengan membentuk basa dan melepas hidrogen. Akan tetapi, pada perlakuan ini tidak terjadi perubahan warna, setelah ditetesi dengan larutan indikator PP terjadi perubahan warna menjadi warna merah muda. Ini menandakan bahwa larutan tersebut adalah larutan basa (NaOH). Secara sederhana, reaksi ini dapat dituliskan dengan :

Na + 2H2O ---> Na(OH)2 + H2

Pada perlakuan yang kedua yaitu untuk mengamati sifat-sifat logam alkali tanah. Pada perlakuan ini logam magnesium (Mg) sebagai sampel dimasukkan ke dalam cawan berisi air, setelah diamati tampak logam Mg tidak larut dalam air. Setelah ditambahkan dengan larutan indikator PP, larutan mengalami perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa air yang telah bereaksi dengan logam Mg bersifat basa. Secara sederhana, reaksinya dapat ditulis dengan :

Mg + 2H2O ---> Mg(OH)2 + H2

Juga disebutkan dalam literatur bahwa logam alkali tanah (logam Mg) bila beraksi dengan air akan membentuk basa dan gas hidrogen (Michael Purba : 2006). Perlu diperhatikan logam magnesium bereaksi sangat lambat dengan air dingin dan sedikit lebih baik dengan air panas (Keenam, 1979).
Pada perlakuan yang ketiga, yaitu untuk mengamati sifat-sifat logam alkali dan alkali tanah. Pada perlakuan ini, sifat-sifat logam alkali dan alkali tanah diamati melalui warna nyala yang dihasilkan oleh berbagai macam padatan atau senyawa dari logam alkali dan alkali tanah yang dipanaskan pada api. Pada pemanasan yang pertama yaitu BaCl2 yang menghasilkan warna biru. Hal ini sesuai dengan data yang ada pada literatur yaitu warna biru. Pada pemanasan yang kedua yaitu NaCl menghasilkan warna jingga pada nyala api. Hal ini mendekati literatur yaitu warna kuning. Sedangkan pada pemanasan yang ketiga yaitu KCl mengjasilkan warna biru, sedangkan pada literatur warna yang dihasilkan yaitu ungu. Adanya perbedaan yang terjadi pada pengamatan ini disebabkan karena api yang digunakan yaitu api lilin. Sedangkan untuk menghasilkan warna yang sesuai digunakan api dengan menggunakan spritus.

VIII. KESIMPULAN
Dari serangkaian percobaan, maka dapat disimpulkan tentang sifat-sifat logam alkali dan alkali tanah antaralain sebagai berikut
1. Logam alkali
a. Memiliki kereaktifan yang sangat tinggi
b. Jika bereaksi dengan air akan membentuk basa kuat dan gas H2
c. Memiliki warna nyala masing-masing yang menjadi cirri khas untuk logam alkali dan alkali tanah, yaitu Litium (merah), Natrium (kuning), Kalium (ungu), Rubidium (merah), dan Sesium (biru).
2. Logam alkali tanah
a. Memiliki kereaktifan yang rendah
b. Membentuk senyawa basa lemah dan gas H2 jika bereaksi dengan air
c. Memiliki warna nyala masing-masing yang menjadi cirri khas untuk logam alkali tanah, yaitu Birilium (putih), Magnesium (putih), Kalsium jingga-merah), Stronsium (merah), dan Barium (hijau).

DAFTAR PUSTAKA

Keenam. 1979. Kimia Universitas Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Purba, Michael. 2006. Kimia SMA XII. Jakarta. Erlangga.

Tim Dosen Kimia Dasar II. 2009. Buku Ajar Kimia Dasar II. Palu. Universitas Tadulako.

Tim Penyusun Kimia Dasar II. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II Fisika. Palu. Universitas Tadulako.

http://www.rumahkimia.wordpress.com

http://www.anna-hidayati.blogspot.com

PERCOBAAN VI ”U N S U R T R A N S I S I”

I. TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari sifat-sifat ion kompleks.

II. DASAR TEORI
Unsur transisi dalam sistem periodik terletak antara golongan II A dan III A, yaitu dimulai dari golongan III B sampai VIIIB, dilanjutkan golongan I B dan diakhiri golongan II B. Unsur-unsur ini terdiri atas 10 unsur yang dimulai dari kiri ke kanan yaitu Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu dan Zn. Konfigurasi elektron unsur transisi terletak pada blok d. Unsur-unsur blok d inilah yang mengalami peralihan dari unsur logam ke non logam. Ada beberapa pendapat tentang pengertian unsur transisi, diantaranya ada yang mengatakan bahwa unsur transisi adalah unsur yang terletak pada blok d dalam sistem periodik antara golongan alkali tanah IIA dengan golongan Boron Aluminium (IIIA).

BILANGAN UNSUR TRANSISI
Bilangan oksidasi pada unsure transisi periode ke IV. yang diantaranya adalah unsure : Sc,Ti,V, Cr, Mn, Fe, Ni, Co, Cu, Zn. Berikut konfigurasi electron unsur transisi pada periode 4 :
Skandium 21Sc : (18Ar) 3d1 4s2
Titanium 22Ti : (18Ar) 3d2 4s2
Vanadium 23V : (18Ar)3d34s2
Krom 24Cr : (18Ar) 3d5 4s1
Mangan 25Mn : (18Ar) 3d5 4s2
Besi 26Fe : (18Ar) 3d6 4s2
Nikel 27Ni : (18Ar) 3d7 4s2
Kobal 28Co : (18Ar) 3d8 4s2
Tembaga 29Cu : (18Ar) 3d10 4s1
Seng 30Zn : (18Ar) 3d10 4s2
Unsur-unsur transisi pada periode 4 mempunyai bilangan oksidasi lebih dari 1 tingkat. Hal ini disebabkan oleh adanya subkulit 3d yang belum penuh. Tingkat energi dari 5 orbital, 3d relatif sama, sehingga perubahan konfigurasi yang terjadi pada sub kulit 3d akan mempunyai tingkat kestabilan yang relatif sama pula.Umumnya bila sub kulit 3d berisi lebih dari 6 elektron, maka hanya sebuah electron dari 3d yang dapat dilepaskan bahkan pada Zn (seng) electron sub kulit 3d tidak dapat dilepaskan sama sekali. Akibatnya unsure Zn hanya dapat mempunyai bilangan oksidasi +2 sama seperti, Sc (skandium) yang hanya memiliki satu bilangan oksidasi yaitu +3.

Berikut ini beberapa bilangan oksidasi pada unsure transisi periode keempat :

1. Sc (Skandium)
Skandium hanya memiliki 1 bilangan oksidasi yakni +3, hal ini disebabkan karena jika bereaksi dengan unsur lain untuk mencapai kestabilan skandium harus melepaskan 3 elektron. Contoh : Sc+3 (mempunyai bilangan oksidasi +3).

2. Ti ( Titanium)
Tintanium mempunyai 2 bilangan oksidasi yakni +3 dan +4. hal ini disebabkan karena titanium pada sub kulit 4s memiliki 2 elektron dan pada sub kulit 3d hanya memiliki 2 elektron sehingga titanium dapat mendistribusikan elektronnya sebanyak 3 atau 4 agar titanium tetap stabil.Contoh : TiCl3 (Ti mempunyai bilok +3) dan TiO2 (Ti mempunyai bilok +4).
3. V (Vanadium)
Vanadium mempunyai 4 bilangan oksidasi yakni +2,+3,+4 dan +5, hal ini disebabkan karena vanadium pada sub kulit 4s memiliki 2 elektron dan pada sub kulit 3d memiliki 3 elektron sehingga vanadium dapat mendistribusikan elektronnya sebanyak 2, 3, 4 atau 5. Contoh : V+2 (mempunyai bilangan oksidasi +2) ;V+3 (mempunyai bilangan oksidasi +3); VO2 (mempunyai bilangan oksidasi +4); V2O5 (mempunyai bilangan oksidasi +5).

4. Cr ( Cromium)
Cromium mempunyai 3 bilangan oksidasi yakni +2,+3, dan +6, hal ini disebabkan karena cromium pada sub kulit 4s memiliki 1 elektron dan pada sub kulit 3d memiliki 5 elektron sehingga cromium dapat mendistribusikan elektronnya sebanyak 2, 3, atau 6. Contoh : Cr+2 (mempunyai bilangan oksidasi +2); Cr2O3 (mempunyai bilangan oksidasi +3); Na2Cr2O7 (mempunyai bilangan oksidasi +4).

5. Mn (Mangan)
Mangan mempunyai 5 bilangan oksidasi yakni +2,+3,+4,+6 dan +7, hal ini disebabkan karena mangan pada sub kulit 4s memiliki 2 elektron dan pada sub kulit 3d memiliki 5 elektron sehingga mangan dapat mendistribusikan elektronnya sebanyak 2, 3,4,6 atau 7.
Contoh :
• MnO (mempunyai bilangan oksidasi +2)
• Mn2O3 (mempunyai bilangan oksidasi +3)
• MnO2 (mempunyai bilangan oksidasi +4)
• Mn2O7-2 (mempunyai bilangan oksidasi +6)
• Mn2O7 (mempunyai bilangan oksidasi +7)


6. Fe (Besi)
Besi mempunyai 2 bilangan oksidasi yakni +2 dan +3, hal ini disebabkan karena besi pada sub kulit 4s memiliki 2 elektron dan pada sub kulit 3d memiliki 6 elektron sehingga besi dapat mendistribusikan elektronnya sebanyak 2 atau 3.
Contoh :
•FeCO3 (mempunyai bilangan oksidasi +2)
•Fe2O3 (mempunyai bilangan oksidasi +3)

7. Co(Cobalt)
Cobalt mempunyai 2 bilangan oksidasi yakni +2 dan +3, hal ini disebabkan karena cobalt pada sub kulit 4s memiliki 2 elektron dan pada sub kulit 3d memiliki 7 elektron sehingga cobalt dapat mendistribusikan elektronnya sebanyak 2 atau 3.
Contoh:
•CoS2O3 (mempunyai bilangan oksidasi +2)
•Co3O4+1 (mempunyai bilangan oksidasi +3)

8. Ni(Nikel)
Nikel mempunyai 2 bilangan oksidasi yakni +2 dan +3, hal ini disebabkan karena nikel pada sub kulit 4s memiliki 2 elektron dan pada sub kulit 3d memiliki 8 elektron sehingga nikel dapat mendistribusikan elektronnya sebanyak 2 atau 3.
Contoh :
•NiS (mempunyai bilangan oksidasi +2)
•Ni2O3 (mempunyai bilangan oksidasi +3)

9. Cu(Tembaga)
Tembaga mempunyai 2 bilangan oksidasi yakni +1 dan +2, hal ini disebabkan karena tembaga pada sub kulit 4s memiliki 1 elektron dan pada sub kulit 3d memiliki 10 elektronsehingga tembaga dapat mendistribusikan elektronnya sebanyak 1 atau 2.
Contoh :
•Cu2S (mempunyai bilangan oksidasi +1)
•CuS (mempunyai bilangan oksidasi +2)

10. Zn(Seng)
Seperti sebelumnya telah kita ketahui, bahwa Zn (seng) hanya memiliki 1 bilangan oksidasi yakni +2 karena Zn (seng) pada sub kulit 4s memiliki 2 elektron dan pada sub kulit 3d memiliki 10 elektron tetapi tidak bisa dilepaskan sehingga hanya dapat melepaskan 2 elektron saja.
Contoh: ZnO (mempunyai bilangan oksidasi +2) Setelah kita pahami tentang bilok (Bilangan Oksidasi) unsure transisi periode 4,
kita dapat mengetahui berapa sifat unsur transisi tersebut yang akan dibahas pada sub bab selanjutnya, contohnya : unsur transisi yang memberikan warna dan tentang pembentukan senyawa kompleks.

III. ALAT dan BAHAN
Adapun alat dan bahan yang kami gunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Alat :
1. Cawan penguap
2. Tabung reaksi dan rak
3. Pipet tetes
4. Alat pembakar
5. Spatula
6. Batang pengaduk
7. Gelas ukur
b. Bahan :
1. CuSO4 0,25 M
2. HCl pekat
3. NaOH 2 M
4. CoCl2 . 6H2O
5. Aquades
6. NH4Cl pekat
7. CuSO4. 5H2O
8. NH4OH

IV. PROSEDUR KERJA
1. Memasukkan sedikit kristal CuSO5.5H2O kedalam pinggang penguap dan panaskan setelah zat tidak berwarna lagi dinginkan pinggan pinggan penguap kemudian tambahkan beberapa tetes air.
2. Mengerjakan seperti langkah di atas dengan kristal CuSO4.5H2O
3. Memasukkan ke dalam tiga tabung reaksi masing-masing 1 ml larutan CuSO4 0,25 M. Pada tabung reaksi pertama, menambahkan NaOH 2 M tetes demi tetes sampai berlebihan. Pada tabung reksi kedua, menambahkan larutan HCl tetes demi tetses sampai berlebih.Pada tabung reaksi ketiga, menambahkan larutan HCl pekat tetes demi tetes sampai larutan berubah warna. Tambahkan air ke dalam tabung. Kemudian menambahkan larutan NH4Cl pekat.

V. HASIL PENGAMATAN
No/ Cara Perlakuan Keterangan
1 CuSO4 .5H2O Biru tua (Dengan ion pusat CuSO4 dan ligannya 5H2O)
CuSO4 .5H2O Terjadi perubahan warna dari biru tua menjadi biru muda keputihan setelah dipanaskan.
CuSO4 .5H2O Dalam waktu yang agak lama, sedikit demi sedikit akan mengikat H2O kembali.
CuSO4 .5H2O + H2O Biru tua (Warnanya kembali ke semula), karena ligannya (H2O) di ikat kembali.
2 CoCl2 . 6H2O Hitam keungu-unguan
CoCl2 . 6H2O Setelah dipanaskan terjadi pelelehan dan terjadi perubahan warna menjadi biru tua.
CoCl2 . 6H2O Setelah didinginkan dan ditetesi air sedikit demi sedikit warna kembali seperti semula
3 a. CuSO4 0,25M + NaOH 2M Terjadi perubahan warna dari ungu agak bening menjadi biru muda, larutan menjadi kabur dan terdapat endapan yang banyak.
b. - CuSO4 Biru bening
- CuSO4 + NH4OH Biru muda dan sedikit terdapat endapan
c. - CuSO4 Biru muda
- CuSO4 + HCl Biru muda dan terdapat endapan
- CuSO4 + HCl + H2O Bening terdapat endapan
- CuSO4 + HCl + H2O + NH4OH Bening dan tidak terdapat endapan

VI. REAKSI-REAKSI KIMIA
Cara 1
1. CuSO4. 5H2O--->CuSO4 + 5H2O
2. CuSO4 + 5H2O--->CuSO4 . 5H2O
Cara 2
1. CoCl2 . 6H2O ---> CoCl2 + 6H2O
2. CoCl2 + 6H2O ---> CoCl2 . 6H2O
Cara 3
1. CuSO4 + 2NaOH ---> Na2SO4 + Cu(OH)2
2. CuSO4 + 2NH4OH ---> Cu(NH3)42+ + CuCl2
3. CuSO4 + 2HCl ---> H2SO4 + CuCl2
H2O ---> H3O+ + OH-
Cu2+ + 2OH- ---> Cu (OH)2
Cu (OH)2 + 4NH4 Cl ---> (Cu (NH3)4)2+ + 2HCl + 2H2 O + 2Cl-


VII. PEMBAHASAN
Unsur transisi dalam sistem periodik terletak antara golongan II A dan III A, yaitu dimulai dari golongan III B sampai VIIIB, dilanjutkan golongan I B dan diakhiri golongan II B. Unsur-unsur ini terdiri atas 10 unsur yang dimulai dari kiri ke kanan yaitu Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu dan Zn. Konfigurasi elektron unsur transisi terletak pada blok d. Unsur-unsur blok d inilah yang mengalami peralihan dari unsur logam ke non logam. Ada beberapa pendapat tentang pengertian unsur transisi, diantaranya ada yang mengatakan bahwa unsur transisi adalah unsur yang terletak pada blok d dalam sistem periodik antara golongan alkali tanah IIA dengan golongan Boron Aluminium (IIIA).
Pada pengamatan ini, akan dipelajari sifat-sifat unsur-unsur transisi yang membentuk ion kompleks. Yang mana dalam hal ini merupakan sifat khas dari unsur-unsur transisi tersebut yaitu terdiri dari Ion pusat dari Ligand. Dimana ion pusat dari unsur-unsur transisi dan bermuatan positif dan mempunyai pasangan elektron bebas.
Misalnya : Cl-, CN-, NH3, H2O dan sebagainya.
Pada perlakuan pertama, yaitu CuSO4 .5H2O sebelum didinginkan berwarna biru tua (dengan ion pusat yaitu CuSO4 dan 5H2O sebagai ligannya). Setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi biru muda keputih-putihan. Hal ini disebabkan karena pada saat dipanaskan, terjadi pelepasan hidrat yang berupa molekul-molekul 5H2O ke udara. Namun, setelah didinginkan dan ditambahkan dengan air (H2O), warna kristal kembali berubah seperti semula yaitu biru tua karena ligan yang sebelumnya dilepas kembali diikat. Walaupun tanpa adanya penambahan air, ligan akan kembali diikat jika kristal didinginkan dalam waktu yang lama. Pada senyawa ini, yang berperan sebagai ion pusat yaitu CuSO4 dan 5H2O sebagai ligannya.
Pada pelakuan yang kedua, yaitu CoCl2 . 6H2O sebelum dipanaskan berwarna hitam keungu-unguan dan masih berbentuk kristal. Setelah dipanaskan, kristal tersebut meleleh dan terjadi perubahan warna menjadi biru tua. Hal ini disebabkan karena terlepasnya ikatan 6H2O pada kristal. Ketika didinginkan dan ditetesi air sedikit demi sedikit, warna kemabali menjadi seperti semula yaitu hitam keungu-unguan. Ini disebabkan oleh hidrat yang semula dilepaskan kembali diikat melalui penambahan air. Adapun ion pusat pada senyawa ini yaitu CoCl2 dan 6H2O sebagai ligannya.
Pada perlakuan yang ketiga, yaitu perlakuan terhadap CuSO4. Pada penambahan NaOH, warna CuSO4 yang pada mulanya berwarna ungu (bening) berubah menjadi biru muda dan terbentuk endapan. Larutan juga menjadi kabur. Pada perlakuan ini, reaksi yang terbentuk yaitu :
CuSO4 + 4NaOH ---> [Cu(OH)2SO4]4- + 4Na+
Yang merupakan ion kompleks dari persaman reaksi di atas adalah [Cu(OH)2SO4]4- + 4Na+ dan endapan yang di bentuk adalah Cu(OH)2.¬karena larutan tersebut beraksi dengan larutan basa yaitu larutan NaOH. Adapun atom pusatnya yaitu Cu dan OH sebagai ligannya.
Pada perlakuan CuSO4 yang ditambahkan NH4OH, CuSO4 yang pada awalnya berwarna biru bening berubah menjadi biru muda dan terdapat sedikit endapan. Sedangkan pada pengamatan CuSO4 yang ditambahkan HCl diperoleh bahwa CuSO4 yang awalnya berwarna biru muda setelah ditambahkan HCl terbentuk endapan. Setelah itu, ditambahkan H2O terjadi perubahan warna menjadi bening dan juga terdapat endapan. Begitu juga yang diperoleh pada penambahan terakhir yaitu NH4Cl, hanya terdapat endapan dan tidak terjadi perubahan warna. Ini menandakan bahwa tidak terjadi reaksi pada perlakuan ini.
Berdasrakan percobaan yang dilakukan, masih banyak terdapat kesalahan yang ditemukan, ini disebabkan karena kurangnya perhatian praktikan pada saat melakukan percobaan. Selain itu, kesalahan juga dapat terjadi karena terkontaminasinya suatu larutan dengan larutan lain atau karena pencucian alat yang kurang bersih.


VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Salah satu sifat unsur transisi adalah dapat membentuk ion kompleks. Adapun sifat-sifat ion kompleks yang terbentuk memiliki struktur berupa atom pusat dan ligan-ligannya. Keterikatan antara atom pusat dan ligan merupakan ikatan kovalen koordinasi, dimana atom pusat sebagai penyedia orbital-orbital kosong untuk menampung pasangan elektron dari ligan-ligan.
2. Beberapa karakter umum dari logam-logam transisi:
1. Kebanyakan logam mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi.
2. Kebanyakan senyawa-senyawanya bersifat paramagnetic.
3. Kebanyakan senyawa-senyawa dari logam transisi berwarna.
4. Logam transisi cenderung membentuk senyawa kompleks.
















DAFTAR PUSTAKA

Anshory Irfan. 2002. Kimia SMU untuk Kelas 3. Jakarta. Erlangga.

Tim Dosen Kimia Dasar. 2009. Buku Ajar Kimia Dasar II. Palu. Universitas
Tadulako.

Tim Penyusun Kimia Dasar II. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Palu
Universitas Tadulako.

http://www.kimiatransisi.co.id/transisi/ (25/05/2009)

http://www.modernscience.com/unsurtransisi/(02/06/2009)